Kuliner Palembang - Nasi Minyak H. Abuk


Wisata Kuliner Indonesia #398
Kuliner Palembang
Nasi Minyak Haji Abuk
Jl. DR. M. Isa No. 9 / 823, Pasar Kuto - Palembang
Telp: 0711 - 352656


"Pilihan lauknya tepat pak, itu memang lauk-lauk yang menjadi khas di tempat ini sebagai teman makan nasi minyak", begitu ujar sang bapak penjaga warung H. Abuk, ketika memeriksa dan menghitung hidangan yang "menghilang" karena saya santap dari meja. Ya, kesempatan saya ke Palembang kali ini tak saya sia-siakan untuk menjajal hidangan Nasi Minyak, sajian yang dulunya konon menjadi sajian eksklusif di Kesultanan. Warung H. Abuk menjadi kedai yang direkomendasikan banyak orang untuk menikmati kuliner ini, sebuah warung sederhana yang terletak di kawasan Pasar Kuto Palembang. Begitu masuk ke dalam warung ini, sang Bapak menyambut ramah dengan menanyakan apa yang hendak saya santap. Saya pun (walau baru pertama datang ke tempat ini) dengan penuh keyakinan meminta disediakan satu porsi nasi minyak dengan aneka lauk yang disajikan di meja, laksana rumah makan padang. Yang pertama hadir adalah Nasi minyaknya itu sendiri, yang langsung menyergap indera penciuman saya dengan aroma rempah yang kuat. Aroma yang hampir serupa jika kita menikmati sajian Nasi Kebuli. Saya harus menahan diri untuk tidak langsung mencicipi nasi minyak ini sampai semua lauk tersaji dan bisa difoto sebelum disantap. Tak berapa lama hadir lauk yang siap menemani sang nasi minyak ini. Apa saja lauk-lauk yang hadir di meja?


Nasi Minyak, ditemani Malbi, Burung Punai Goreng, Sate Pentol dan Sambal Nanas
Ada enam piring kecil yang masing-masing berisi: malbi, kari kambing, sate pentol, gulai tunjang, ayam goreng dan burung punai (puyuh) goreng. Oh iya, tersaji pula dua piring lainnya yang berisi sambal nanas dan acar timun/wortel. Tentunya tidak semua sanggup saya cicipi, maka saya ambil tiga lauk yang saya yakin sulit ditemukan di tempat lain. Yang pertama adalah Malbi, sejenis semur (atau rendang yah?) khas Palembang, dengan cita rasa manis tapi memiliki aroma rempah yang kuat. Bumbu manisnya meresap ke dalam potongan daging sapi yang menjadi bahan utamanya. Kedua, saya raih burung punai goreng, ukuran burung yang kecil membuat tekstur dagingnya renyah karena digoreng kering dengan cita rasa gurih layaknya ayam goreng bumbu kuning. Yang ketiga saya ambil sate pentol, seperti perkedel yang dibuat dari daging cincang dan sayur-sayuran. Tapi ada satu kawan nasi samin yang tak boleh ditinggalkan: sambal nanas. Ya sambal yang disajikan di sini memang special, sambal dibuat selalu baru dengan nanas segar. "Kita tidak pernah menyimpan sambal nanas ini, selalu buat setiap hari, makanya rasanya selalu terjaga segar", demikian ujar si Bapak yang langsung saya amini. Seolah semua sajian itu direkatkan dengan kehadiran sambal nanas ini.

Gulai Tunjang khas dari Warung H. Abuk.
Sebenarnya tiga hidangan lainnya juga tak kalah menggoda, sebut saja Kari Kambing dengan bumbu kari yang "kearab-araban". Daging kambingnya empuk dan tak berbau, di dalam kuah kental kari yang gurih. Atau Gulai Tunjang dengan daging kikil yang tebal nan mempesona. Juga ayam goreng yang dari ukurannya tampaknya dari ayam kampung dan digoreng kering dengan taburan bumbu serundeng di atasnya. Ah, jika rongga perut ini memiliki "extra baggage" takkan kubiarkan mereka hanya mejeng di meja tanpa disentuh sama sekali. Oh ya biaya yang saya keluarkan untuk menikmati sajian tadi tidaklah terlalu besar. Harga satu porsi Nasi Minyak polos Rp. 12ribu, Malbi Rp. 13ribu satu potongnya, sama dengan harga burung punai goreng, sementara sate pentol 6ribu.

Bersama Bpk Muhammad, generasi kedua pengelola Warung H. Abuk
Pilihan saya pada lauk yang menjadi teman Nasi Minyak ini juga diapresiasi oleh sang Bapak penjaga warung karena memang signature dari tempat ini. "Orang yang makan di sini pada umumnya ya meminta lauk-lauk yang bapak santap itu", ujarnya. Saya pun beranikan diri untuk bertanya apakah si Bapak ini yang bernama H. Abuk, seperti nama warung ini. "Itu nama Abah saya yang memulai usaha ini," begitu jawabnya sembari menyerahkan kartu nama. Ternyata beliau bernama Bpk Muhammad, generasi kedua yang mengelola Warung H. Abuk ini. Ramahnya Bapak Muhammad ini membuat saya tak sungkan untuk meminta berfoto bersama beliau, dan beliau pun dengan sangat senang menyambutnya, bahkan meminta anak buahnya untuk mengambil gambar kami juga lewat telepon genggamnya. Sebelum berpamitan beliau sempat berucap "Senang Bapak menyukai masakan di sini, dan semoga kalau ada kesempatan ke Palembang lagi, Bapak mau mampir kembali ke warung kami". Pasti pak, pasti... Saya jatuh cinta dengan cita rasa Nasi Minyak dan aneka lauknya dari Warung H. Abuk ini.

Peta dan Alamat Warung Nasi Minyak Haji Abuk:
Jl. DR. M. Isa No. 9 / 823, Pasar Kuto - Palembang
Koordinat GPS: -2.98043, 104.77139


Comments

  1. Waduuh mupeng gulai tunjangnya om.. tanggungjawab hahahaha

    ReplyDelete
  2. mantap dah pokoknya wongkito galo.... bikin ngilir mampir juga gan ada resep jufa di mari...

    ReplyDelete
  3. Kang, ini namanya mirip2 nasi di aceh besar. kami di sini juga ada namanya Nasi minyak. tapi penampakannya berbeda. itu lebih ke nasi kebuli kayaknya ya kang?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, cita rasanya agak sedikit mirip kebuli. tapi ada aroma rempah yang beda bang

      Delete

Post a Comment