Kuliner 01 - Singkawang (Cah Pakis Hutan & Pengkang)

Pekerjaan yang saya geluti ternyata telah membawa saya berjalan-jalan ke beberapa daerah. Ditambah dengan minat yang besar terhadap makanan, membuat saya terpikir untuk menuliskan sekedar coret2an untuk tempat2 makan yang saya kunjungi. Sangat disayangkan ide ini agak terlambat, baru kepikiran ketika makan di RM Rosya Kebumen (27 Jan 07). Padahal sejak 2005 sudah banyak daerah yang saya kunjungi, seperti Gorontalo, Karang Asem, Ambon dan lain-lain. Dan tentu saja, di beberapa daerah yang saya kunjungi, saya berusaha meluangkan waktu untuk mencicipi makanan khas atau tempat makan yang direkomendasikan di daerah tersebut. Tapi ya, better late than never kan? Walaupun tulisan ini tidak "seindah" ulasan Bapak Bondan Winarno di tulisan-tulisan serta acara kulinernya TransTV, tapi tidak ada salahnya kan mencoba sharing, siapa tau dapat menjadi referensi buat temen2 yang punya hobi makan seperti saya. Dan dengan sangat sangat menyesal untuk tulisan2 awal ini saya tidak dapat menampilkan foto-fotonya, karena itu tadi, ide untuk menulis tentang "wisata kuliner" ini muncul terlambat. Untuk tulisan pertama ini, saya akan menuliskan "pengalaman makan" saya di Singkawang (Kalimantan Barat), yang terkenal dengan julukan"Kota Seribu Kuil" karena di setiap sudut kota kita bisa melihat bangunan vihara.

Perjalanan saya ke Singkawang diajak oleh Direktorat Pemberdayaan Telematika, Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) untuk mengisi ceramah tentang IT dalam rangka Pembukaan Community Access Point (CAP) bantuan dari Depkominfo yang diberikan kepada Forum Rembug Tionghoa Indonesia (Fortindo). Tapi saya tidak akan membahas acaranya, tapi makanan yang disajikan. Di Singkawang, pertama-tama saya disuguhi makanan khas daerah itu yaitu Cah Pakis Hutan. Pakis hutan ini sangat enak, renyah seperti batang kangkung tetapi tidak alot sama sekali. Walau hanya dengan bumbu seperti cah kangkung biasa, saya tidak bisa menahan diri untuk tidak kembali ke meja prasmanan dan menuangkan kembali sayur ini ke piring saya. Konon, Pakis Hutan ini diambil langsung dari hutan dan tidak dibudidayakan. Pernah ada yang mencoba membudidayakan tetapi tidak berhasil.
Dalam perjalanan Singkawang menuju Pontianak, saya bersama tim diajak untuk mampir untuk mencicipi makanan khas daerah itu yang disebut Pengkang. Menyerupai lemper, tetapi bentuknya segitiga, dijepit oleh bambu dan dimasak dengan cara dibakar. Berbeda dengan lemper, pengkang tidak memiliki daging ayam didalamnya tapi ada beberapa ebi (udang kecil) yang menempel di dalam ketannya. Rasanya sebenarnya biasa saja, bahkan menurut saya lebih enak lemper buatan kakak saya di Bandung :) Tapi ketika makan disana, kita ditawari sambel kerang untuk cocolannya. Nah ini yang mengangkat point dari makanan ini, sambal kerang bumbu kacang ini yang membuat rasanya menjadi "mantaabbb" (seperti yang juga saya utarakan ketika diwawancara tim Good News - Trans TV yang kebetulan hadir bersamaan waktunya dengan saya di tempat itu, lumayan masuk TV... :). Ada yang nonton gak ya???).

Score (skala 1-10) :

Cah Pakis Hutan : 8

Pengkang : 5

Pengkang + Sambal Kerang :7,5

Comments

  1. wah jadi ingin ke sana, cicipi makanan nya...... hahahahah... sayang saya gak nonton trans tv... jadi gak lihat anda di tv.. hehe..

    ReplyDelete
  2. wah, penasaran juga seperti apa ya rasa pakis nya???? pakis ini tidak bisa di budayakan, berarti merupakan ssalah satu sayur yg langka donk ya???

    thank's untuk sharing nya.. :)

    ReplyDelete
  3. Jadi ngiler baca blognya ini...hehehe...
    coba sekali2 wisata kuliner ke Palangkaraya(Kalimantan Tengah) juga, Pak :p
    di tempat saya, pakis hutan namanya Kelakai...dan emang nggak bisa dibudidayakan, jadi harus dicari dan dipetik langsung dari tempatnya. Sayur pakis semacam ini tersebar di seluruh kalimantan kok :)
    Selain itu, olahan ikan sungai ala kalimantan banyak yg enak2 lho :D

    ReplyDelete

Post a Comment